A : Duh, cuma punya uang 50.000, bisa beli apa?
B : Capek banget, kerja kok gini amat ya, enakan si A kerjanya santai
C : Jualan sepi banget, habisnya barang cuma segini. Coba kaya toko sebelah, segala jenis barang ada. Mungkin ramai jualanku.
Pernah, mengeluarkan kata-kata atau kalimat seperti A, B, dan C? Atau mungkin pernah mendengar kalimat demikian?
Tanpa harus dijelaskan, jelas sekali bawa A, B dan C sedang berkeluh kesah terhadap apa yang sedang mereka jalani dalam kehidupannya. Memang, manusia itu jika ditimpa kesusahan maka mereka berkeluh kesah, sesuai dengan kalam-Nya "Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah," (QS. Al-Ma'arij 70: Ayat 20)
Tapi, meski demikian bukan berarti kemudian kita malah mentolerir dan berucap 'lah wong dari sononya, berarti ngeluh itu takdir'. Ah esmeralda, jika kamu berkata demikian, berarti pemikiranmu sepicik itu.
Mengeluh, dapat apa sih?
Andai mengeluh dapat berlian, andai mengeluh dapat permata atau mungkin ketika mengeluh kita mendapat semua yang indah-indah yang kita inginkan di dunia ini, betapa bahagianya. Dan semua orang pasti aka berlomba untuk mengeluh. Tapi, faktanya tidak demikian. Mengeluh hanya menebarkan aura negatif terhadap lingkunga sekitar. Ketika satu orang mengeluh, tidak menutup kemungkinan yang mendengar keluhan itu juga terpancing untuk ikut mengeluh. Jadi, mengeluh dapat apa? Tidak ada!.
Kenapa harus mengeluh, jika kita bisa mengucap syukur. Bukankan dalam kalam-Nya juga terdapat ayat yang berbunyi "... Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,....(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)."
Jika kita melihat kasus yang dialami oleh A, uang 50.000 akan cukup jika dibelanjakan untuk satu mangkok bakso, bahkan berlebih. Tapi, pasti akan sangat kurang jika dibelanjakan pizza hut satu loyang ukuran medium. Uang 50.000 akan cukup dibelikan satu pasang sandal tanpa merek yang ada di pasar. Tapi akan sangat kurang jika kita membeli sanda bermerek yang ada di mall.
Kasus B, masalah dunia kerja. B hanya melihat A yang santai, padahal beban kerja yang diterima oleh A sama halnya dengan karyawan yang lain. Tapi, A tidak menampakkan muka letih atau yang lainnya. A menikmati pekerjaannya dan selalu berusaha semaksimal yang dia bisa.
Sedangkan kasus C, pedagang yang selalu iri dengan pedagang lainnya. Padahal, pedagang yang lain juga tidak spontan memiliki toko dengan beraneka macam barang tersedia. Yang lain sudah melewati prosesnya. Sedangkan C, dia baru memulai dan belum melewati lika liku seorang pedagang.
Begitulah hidup, jika selalu melihat ke atas. Jika selalu melihat rumput tetangga lebih hijau. Jika selalu mendominasi keinginan diri. Ingin ini ingin itu banyak sekali.
Tidakkah mencoba melihat kemudian menerima takdir yang menimpa diri pribadi, setidaknya mau menengok dan menilik yang berada di bawah.
Hidup yang kita keluhkan, adalah hidup yang diinginkan oleh orang lain. Sebuah pepatah yang beberapa waktu lalu terpampang dalam postingan instgram. Benar memang, seringkali kita tidak pernah menyadari bahwa orang lain juga menginginkan posisi kita saat ini. Posisi seperti yang dialami oleh A, B dan C.
Surat Ibrahim ayat 7 setidaknya bisa membuat dan menjadikan alarm bagi setiap pribadi. Daripada mengeluh, lebih baik kita bersyukur. Lebih baik kita membenahi pribadi dan berusaha lebih untuk mendapat apa yang ingin dicapai dalam hidup.
Astaghfirullah... Kadang memang seringkali kita mengeluhkan apa yang nlm kita dapat, namun jarang mensyukuri apa yg sudah ada
ReplyDeleteIya, terkadang kita masuk pada masa lupa. Lupa bersyukur ingat terus untuk mengeluh. Harus belajar lagi ilmu sadar, sadar bahwa banyak hal yang bisa kita syukuri dr hidup kita.
ReplyDeleteHuum...
ReplyDeleteNulis ini buat nyadarin diri juga. Biar kalau ngeluh malu. Pernah nulis gini kok malah ngeluh... Hiks
Untuk nggak berkeluh kesah emang susah tapi bukan berarti nggak bisa.
ReplyDeleteSubhanallah. Terima kasih Mba untuk remindernya. Terkadang kita memang suka mengeluh tanpa sadar. Padahal dengan bersyukur tentu hati kita akan dilapangkan.
ReplyDeleteMengeluh malah bikin kita makin lelah...terutama hati
ReplyDeleteIya jangan ngeluh wae
ReplyDeleteRumput Tetangga (katanya) selalu lebih hijau. Padahal belum tentu
ReplyDeleteSeringkali kita memandang, ujian kita lebih berat dari tetangga. Padahal belum tentu.
ReplyDelete